Sabtu, 12 Desember 2009

Tanya

Aku bertanya kepada api,
bagaimana rasanya berkobar dan membakar...
bagaimana rasanya meng-abukan setiap benda yang dijamahi...
bagaimana rasanya berkedip lembut dalam bara kayu....

Aku bertanya kepada air
bagaimana rasanya mengalir dalam relung-relung batu hingga urat-urat daun hijau...
bagaimana rasanya membumbung tinggi, dan turun sebagai hujan dan menjadi gelombang banjir menghanyutkan....
bagaimana rasanya mengembun di ujung ujung ranting...

Aku bertanya kepada udara,
bagaimana rasanya memenuhi paru-paru bayi untuk pertama kali...
bagaimana rasanya datang sebagai topan dan memporandakan semua yang melalui jalannya...
bagaimana rasanya terakhir berhembus bersama jiwa yang terlepas dari raga....

Aku bertanya kepada tanah,
bagaimana rasanya digelitiki tunas-tunas yang tumbuh...
bagaimana rasanya runtuh dan terbelah, gemuruh berguguran menimbun semua yang ada di depannya...
bagimana rasanya berteman dengan jasad yang dikubur....

Kemudian,
mereka bertanya kepadaku....
bagaimana rasanya hidup?
dan
terdiam.....

2 komentar:

Anonim mengatakan...

nice poem..u have sense of words art...kenapa fotonya telapak tangan ya??

ilambra mengatakan...

telapak tangan, soalnya telapak tangan tempat buat meramal garis hidup,hehehe