Jumat, 27 Agustus 2010

Air mata Pagi

Aku terbangun karena butiran tetes air matamu..
membeku dalam nafas pagi dalam kabut meradang...
kudengar langkah kakimu kemana menuju..
kaki terpaku, tak mampu menemanimu menuju siang...
aku tenggelam dalam air mata pagi....
(Amaryllis di bawah gerimis pagi ini)

Minggu, 22 Agustus 2010

Campur Aduk

Ya benar, campur aduk perasaan saya selama 1 minggu ini, bukan hanya perasaan, tapi banyak peristiwa yang cepet banget berubah. Batal ke Nduga karena gak dapat carteran helikopter membuat saya harus meninggalkan kota Wamena sebelum waktu yang ditentukan, dan dapat kesempatan ke Bogor untuk Penyusunan Buku Riset TB Nasional. Tapi asli, gak sempet motret apapun di Bogor karena waktunya yang padat dan kalo pas rehat, malah hujan (dasar kota Hujan, wkwkwk)
Pulang dari Bogor nyempetin ke Malang (pulang kampung ceritanya). Eh, ada lagi kejadian kamera Olympus FE 310 yang biasa dipake tiba-tiba aja ada masalah. Mau gak mau beli kamera baru, eh tetep aja beli kamera pocket Olympus FE 26 (www.ngirit.com)
Kesempatan nyoba kamera pertama kali pas jalan-jalan di pasar ikan hias bareng ponakan (sekalian jemput pulang sekolah). Della ponakan ini , maksa banget dipotret bareng kucing (di pasar ikan hias tapi maksa bergaya bareng kucing, wkwkwk)
Namanya juga jalan bareng ponakan alhasil belanjaannya juga sangat kanak-kanak, bayangin aja minta dibeliin keong warna warni dengan lukisan wajah tokoh kartun Malaysia si Ipin dan Upin, hahahaha. Karena ponakan neh cewek, pilihan warnanya gak jauh-jauh dari merah muda dan merah
Peristiwa campur aduk yang terakhir adalah, ketika pulang ke Jayapura dan sampai rumah, ketahuan kalo rumah selama ditinggal dah dibobol maling sampai 2kali... lengkap dari pintu depan maupun pintu belakang....Hah? maling atau fans tuh, niat banget ngambil barang-barang di rumah saya.... hahaha

Selasa, 10 Agustus 2010

Unforgettable Wamena

Hehehe keberuntungan gak jauh-jauh rupanya, di sela-sela nunggu carteran helikopter nyempetin nonton festival Budaya Lembah Baliem di daerah Kurulu. Jaraknya sekitar 1 jam perjalanan dari kota Wamena. Pemandangan menuju Kurulu dasyat banget. Bukit, padang rumput, rawa, juga kelompok kelompok honai bergantian muncul di depan mata. paling mengagumkan adalah tebing-tebing kapur yang menjulang hampir tegak lurus
Jalan menuju Kurulu
Salah satu bangunan kantor desa yang ada di jalan Wamena-Kurulu
Suasana festival dari kejauhan

Festival ini berisi tarian adat dan sandiwara peperangan dari berbagai suku di lembah Baliem. Tentu saja yang menarik adalah beragam gaya berbusana masing-masing suku,yang walaupun sama-sama pake koteka (yang cowok lah yang pake, wkwkwkwk)tapi kotekapun ternyata berbagai model: polos, terang, gelap, bengkok, lurus, pendek dan ada yang hampir 1 meter panjangnya
Kumpulan penari yang bersiap-siap
Koteka panjang

Agak menyedihkan ketika melihat kenyataan bahwa merokok sudah manjadi bagian dari budaya? Beberapa foto di postingan kali ini aja, tampak beberapa gambar penari yang merokok, pria wanita, tua muda, semua merokok. Seperti foto di atas ini, rokok terselip di antara jari gadis penari ini. Kalo aja perusahaan rokok besar 'ngeh', pasti baliho reklame besar-besar memenuhi festival budaya ini hehehe

Menara pengintai, salah satu perlengkapan perang
Gak terasa karena sibuk ngambil gambar (saking banyaknya obyek menarik) banyak juga temen motret (turis lokal maupun mancanegara sampe desainer top Indonesia pun ada, kameranya juga gila-gila)waktu udah menjelang sore, dan kami dihadiahi alam Baliem, sebuah pelangi, hmmmm tak terlupakan deh

Minggu, 08 Agustus 2010

Menduga-duga Nduga bagian II( Masih di Wamena)

gak boleh ada kata menyerah kalo udah setengah jalan gini, enak gak enak ya harus dinikmatin. Sebagai orang yang udah lama di Papua mustinya agak memalukan buat saya, karena baru pertama kali ini datang ke Wamena, tapi telat lebih baik daripada bolos kan? wakakakak
Nah, karena gak ada kegiatan lain yang harus dikerjain (rapat dengan tim dan belanja logistik udah kelar), akhirnya mau gak mau (keliatannya kepaksa banget, padahal??? wkwkwkwk) ya jalan-jalan keliling kota. Sasarannya apalagi kalo bukan rumah adat (biasa disebut honai dan ternyata ada beberapa model juga lho...) dan tentu aja ke pasar Jibama sebuah pasar tradisionalBeragam bentuk Honai
Beragam variasi pagar adat, susunan batu atau potongan kayu ditutup tumpukan dedaunan
Penjual buah merah di pasar
Penjual kelapa hutan, sejenis buah palem yang dibakar terlebih dahulu. Disantap dengan cara memakan bijinya
belum pernah liat yang model ginian kan, jalan-jalan dengan babi... wkwkwkw (dimana-mana orang jalan jalan sama hewan piaraan anjing, tapi di Wamena babi nih hewan berharga banget, jadi emas kawin bahkan)

Menduga-duga Nduga bagian I (transit di Wamena)

Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu dan menyita konsentrasi selama bulan bulan terakhir ini datang juga. Berangkat Riset Kesehatan Dasar ke kab Nduga di dusun Kroptak dan Iniye. Nduga? gimana situasinya? jangan tanya deh, saya aja gak tahu, dan sebagian besar Tim Peneliti Papua pun akan mengeryitkan kening kalo ditanya tentang Nduga.... Yang pasti kabupaten ini kabupaten hasil pemekaran dari kabupaten Jayawijaya yang ibukotanya sudah kesohor kemana-mana, Wamena. katanya sih lokasinya tepat di kaki pegunungan Jayawijaya. Nah untuk mencapai kabupaten Nduga musti transit di Wamena setelah terbang dengan pesawat kecil sekitar 45 menit dari Jayapura. Rencananya dari Wamena, tim riset akan memggunakan helikopter menuju dua dusun di Nduga. Wah, gak disangka-sangka, carter helikopternya susah... ada yg lagi diservis, ada yang pilotnya ngurus visa di Jerman, yang lebih parah lagi, ada satu perusahaan heli yang justru gak tahu dimana Iniye dan Kroptak, karena gak tercantum di peta mereka... walahhhhh... akhirnya maunya transit sehari di Wamena malah molor....
Perlengkapan perang

Salah satu sudut kota Wamena. Pemda membuat peraturan agar setiap toko, rumah makan dan lain-lain, merubah atap gedungnya membentuk setengah lingkaran (seperti rumah adat Wamena) dan dicat warna hijau (sama dengan seragam sepakbola Persiwa, kebanggaan kota ini)O ya, ada becak di Wamena lho, dan tukang becaknya semuanya pemuda penduduk asli


Sudut jalan yang menarik


sungai besar di tepi kota Wamena

Kamis, 05 Agustus 2010

Bingung...

Seperti pikiran butir-butir air..
irikah mereka dengan saudaranya yang melayang tinggi sebagai awan?
inginkah mereka mengalir dalam nadi pepohonan di hutan?
bahagiakah mereka bergerombol dalam sebuah gelas, dan memantulkan terbalik awan dan hutan?
Mungkinkah memilih?
atau bahkan tak terpikir oleh mereka?


Lokasi: Hotel Aston Jayapura lantai 11