Rabu, 12 Oktober 2011

Enarotali

Akhirnya saat-saat yang dinantikan tiba juga...
Bener, setelah sekian lama menunggu kepastian untuk pengumpulan data Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes),pada tanggal 25 September saya terbang juga ke Timika, kemudian transit sampe 2 hari (susah juga nyari pesawat ke Kabupaten Paniai, kebetulan saya kebagian tugas supervisi di kabupaten ini) Saya sempet juga datang ke bandara tanggal 26, tapi ternyata gak ada pesawat yang mau ke Paniai. Ticket pesawat harus dibeli di tempat, saat pesawat dipastikan berangkat. kata petugas di bandara, besok tanggal 27, pesawat akan berangkat sekitar jam 12 siang. tapi ternyata meleset, jam 6 pagi, supir yang saya pesan sebelumnya sudah menggedor-gedor pintu kamar hotel tempat saya menginap, rupanya pesawat berangkat pagi!!! sang supir mendapat berita langsung dari penjual ticket. Gak pake mandi, saya langsung melompat kesana kemari merapikan koper dan berangkat ke bandara.
Pesawat yang kami tumpangi total hanya berisi total 8 orang penumpang, dengan barang-barang bawaan kami berada di antaranya (jadi ingat di angkot, hehehe)

Perjalanan menuju Enarotali (ibukota Kabupaten Paniai) menempuh sekitar 35 menit dari Timika. Pemandangan luar biasa indah menyambut kami ketika pesawat mendekati kota Enarotali. Ini kali kedua saya berkunjung ke kota ini, kali pertama ketika saya belum genap 2 tahun. Saat itu adik saya harus dilahirkan dengan prosedur bedah Caesar, dan fasilitas yang memungkinkan untuk melakukan prosedur itu hanya ada di kota ini(saat itu kami tinggal di Nabire, kota dekat Enarotali, tapi harus menggunakan pesawat juga)

Seekor ngengat di jendela pesawat (jadi ingat nyamuk besar di pesawat waktu menuju Homeyo)

gugusan batu kapur di saat pesawat mendekati kota Enarotali

Pemandangan danau paniai sesaat sebelum pesawat mendarat.

Ya, kota ini berda di tepi sebuah danau besar, bernama danau Paniai, Juga lembah besar bernama Lembah Wea. Suhu di Enarotali sejuk danm cenderung dingin di malam hari brrrr
Kelelahan dan kepanikan saya terbayar sudah saat tiba di Enarotali.
Kota yang sederhana (tapi terlihat kalo sedang terjadi perubahan besar menuju kemajuan) memiliki keistimewaan yaitu banyak babi berkeliaran (rupanya babi memiliki arti tersendiri bagi orang setempat, sehingga babinya pun hidup terjamin dan gemuk-gemuk...)

kamar mandi di penginapan tempat saya menginap. 2 buah keran air, salah satunya air hangat (untung banget ada air hangat, airnya dingin banget) Coba keran warna apa yang mengalirkan air panas? merah? salah... justru keran biru yang mengalirkan air panas (awalnya saya kecele juga, hahaha)

babi besar dengan santai lewat depan penginapan

Pelabuhan di danau Paniai. ada 2 pelabuhan di kota ini,kecil dan besar.Pelabuhan merupakan tempat awal perahu motor menyeberang ke desa-desa di seberang danau

Pelabuhan besar

Tonggak kayu di pelabuhan kecil

pemandangan yang terlihat dari pelabuhan kecil (sempet juga nyobain mode Landscape nih, jadi hasil fotonya jadi panjang gitu)

Pemandangan dari pelabuhan besar

Lembah Wea dan danau Paniai terlihat dari jauh

Sebuah rumah dengan latar belakang lembah Wea, konon ini rumah seorang pejabat di kabupaten Paniai(sampe ngiler liat lokasi rumah ini, bagus banget....)

2 komentar:

Idiotieque mengatakan...

mantrab kakak...good capture...
jadi ngiri pengen kesana...hiks

Anonim mengatakan...

gambar rumah sakit di sana bagaimana kak?
makanan pokok nya apa kak?
penduduk di sana bagaimana?