Selasa, 01 Oktober 2013

Namun pun

Tatkala kuncup api di bara kayu dihembus angin,
menjadi menara api kah atau justru padam dan mengabu?

Hai...
Siapa mengira bahwa muntahan lahar gunung api adalah orgasme bumi terhadap langit,
daripada kemarahan perut bumi terhadap makluk hidup di permukaannya?
Mengapa mengira hujan adalah berkah awan kepada tanah
daripada tetesan liur dari awan yang bernafsu menyetubuhi bumi?

Siapa yang berucap bahwa gempa berguguran membutuhkan energi lebih besar dibanding usaha sebutir kecambah menembus kulit bijinya?
Siapa yang mengukur kehangatan cahaya dari kegelapan malam, dibanding hati yang beku di bawah terik matahari?

Seperti asap yang menunggangi angin... entah lenyap entah beku...
terbanglah....
capailah bintang paling terang di hidupmu
itu milikmu...


3 komentar:

Katerina mengatakan...

Fotonya bagus sekali. Sebagus narasinya yang penuh makna.

ilambra mengatakan...

hehehe

water_lily mengatakan...

mengasap...
masih menyala,
hanya panas dan menyesak...