Rabu, 06 Juli 2011

Api, Air, Batu dan Udara

Aku berkata kepada api..
tentang kebencianku kepada kobaran panasnya,
tentang kesenangannya membakar hangus segala sesuatu...
Api mendengus, dan tergelak....

Aku menemui air
kukatakan pula aku membencinya....
aku tidak suka dengan kedalamannya..
tentang kegemarannya menenggelamkan dan membekap paru-paru hidup...
Air hanya metatapku dengan geli dan berlalu sambil bernyanyi keras...

Aku berkacak pinggang menegur batu..
ketika kukatakan kalau aku juga membencinya,
seketika dia menari, berjingkat-jingkat dan melompat ke dalam kepalaku
batu berjoget seru bergoyang-goyang dalam batok kepalaku..
membuat kepalaku sakit...
kuhempaskan kepalaku ke udara, hingga batu terlontar keluar..

aku menjerit: 'kau tidak pantas`dalam kepalaku'
Batu terkekeh menyahut: 'tentu saja aku tidak pantas berada di dalam kepalamu
karena di sana banyak hal yang lebih keras daripada aku'

Kini udara muncul di hadapanku,
kulit transparan nya memar karena benturan hempasan kepalaku...
Udara berbisik di telingaku: 'andai saja engkau mencoba melihat, mendengar, berpikir
dengan cara kami...'

dan kepalaku semakin sakit....



* Setiap luka adalah ibunda peristiwa, dan di balik setiap jubah peristiwa yang
terkoyak, makna terbaring...




tunas ketapang (Terminalia cattapa) di antara pecahan biji ketapang

1 komentar:

water_lily mengatakan...

Pakde....sabar ya....