Keesokan paginya, udara sangat dingin dan berkabut. Kabut yang lumayan tebal membuat rumah dinas Kepala Distrik yang hanya dipisahkan dengan sebuah kebun tampak lebih angker. ya, rumah megah (untuk ukuran Homeyo)ini sudah kosong berbulan-bulan. apa pasal? ketika ditinggal oleh pemiliknya, pernah semua lampu di rumah ini menyala selama 3 hari berturut-turut (padahal gak ada aliran listrik di Homeyo, karena jaringan PLTA yang dibangun, selalu rusak tanpa pernah diketahui sebabnya, misalnya pipa bengkok sendiri dalam sekejab, atau turbin meledak). Rekan-rekan dari Primari pun, pernah mengecheck sendiri, mengapa lampu di rumah itu bisa menyala, hasilnya tetap misteri...
Karena cuaca yang kurang mendukung, ditambah lagi ketidakpastian pesawat penjemput tim (tim sudah menyiapkan mental untuk berjalan kaki ke Sugapa ibukota kabupaten, yang diperkirakan bakal memakan waktu seharian penuh, karena musti melewati rawa dan tentu saja jurang dan tebing, bila benar-benar pesawat batal menjemput)kami memutuskan untuk tidak ke Desa Bamba. Kami memusatkan penelitian di Pogapa saja(deketttt) Agak mengejutkan, karena walaupun dekat dengan Puskesmas, masih saja kami menemukan pasien yang enggan berobat ke puskesmas. kami mengobatinya di dalam honai.
(interior Honai milik seorang kepala suku di Pogapa)
(mengobati pasien dalam honai)
Sambil melakukan riset, kami makin banyak mendapat cerita-cerita mistik dari Pogapa. Antara lain, banyak orang yang didiagnosa penyakit karena roh jahat. untuk yang divonis penyakit ginian, gak ada pilihan pengobatan buat mereka. si pasien akan diikat tangan dan kakinya, lalu ditenggelamkan ke sungai besar di lembah Homeyo. Saya sempat ditunjukkan foto pasien terakhir yang dibuang di sungai beberapa minggu sebelumnya (menurut saya pasien dengan perut besar itu menderita ascites:timbunan cairan di perut karena sirosis hati), tragis. Juga kita perlu berhati-hati bila penduduk setempat memberi makanan yang dibungkus daun (si pemberi tidak menyentuh makanan secara langsung) karenamakanan itu bisa saja sudah diguna-gunai. dan yang paling seram adalah, setiap malam dari arah bukit hutan, akan muncul bola-bola cahaya berwarna merah jingga seperti api. penduduk Pogapa sangat takut dengan bola-bola api (yang akan mendekat bila kita mengarahkan cahaya senter ke bola tersebut)Seluruh anggota tim termasuk saya sudah melihat langsung bola bola api tersebut, dan sudah mencoba menyenterinya. Benar saja, bola api tersebut terbang mendekat dengan kecepatan luar biasa, dan lari pontang-pantinglah kami. konon bola api ini berupa sebuah kelereng 12 warna, yang bila disentuh akan berubah menjadi wanita cantik dan sudah ada 2 korban yang direnggutnya. 1. seorang anggota TNI yang menjadi gila. 2. mantan kepapa distrik, yang anaknya meninggal karena diminta oleh sang wanita itu.
Tanggal 2 Agustus pun kami lalui dengan memetakan penderita malaria di Pogapa, dan tidak berbeda dengan perilaku penduduk setempat, kami lari berhamburan menuju landasan pesawat meninggalkan pekerjaan kami saat mendegar deru pesawat mendarat hahaha (Kelegaan luar biasa, ketika kami mendapat kepastian bahwa tanggal 3 Agustus,pesawat bersedia menjemput tim)
(anak bermain di tepi landasan)
(mendekati pesawat)
(anak-anakmengangkut barang dari pesawat dengan upah Rp1000-2000)
malam harinya kami masih mencoba menangkap nyamuk dengan umpan badan, sambil membakar ubi di tungku
Tanggal 3 pagi, kami terbang meninggalkan Homeyo. Sungguh masyarakat, budaya dan alamnya tak akan terlupakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar