Pagi hari tanggal 31 Agustus cuaca pagi terasa dingin (15 derajat Celcius tepatnya...)walaupun matahari sebenernya udah agak tinggi juga sih.
Tim mulai bergerak, untuk riset? gak sih, tapi ke pasar tradisional hehehe
Bukan berarti kami gak niat meneliti sih, tapi emang rencana riset menuju Desa Degesiga akan kami laksanakan agak siangan, karena di samping penduduk distrik sedang ke pasar (ada 3 hari pasar dalam seminggu: Selasa, Kamis dan Sabtu), penduduk desa yang akan kami tuju juga sering menjalankan hukuman! Hukuman? ya....
Beberapa hari sebelum kami datang, terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ayah yang anaknya sakit dan meninggal mendadak dan diduga karena ilmu hitam. Sang ayah yang marah besar, mengundang seorang ibu yang diduga memiliki ilmu hitam untuk berdoa di depan jasad sang anak. Saat sang ibu menunduk berdoa, ditebaslah leher ibu tersebut hingga meninggal di tempat. Pogapa gempar, sang ayah dihajar massa dan dijebloskan ke dalam sel, sementara hukum adat juga berlaku. Di samping membayar denda berupa beberapa ekor babi dan uang, keluarga dan penduduk sedusun si pembunuh, didenda untuk membersihkan area umum di Distrik Homeyo, seperti landasan pesawat, lapangan kantor distrik, halaman kantor-kantor dan pasar.
Yang bikin kami sempat merinding adalah, tepat 1 hari sebelum kami datang ke Pogapa, sang pembunuh berhasil melarikan diri, hehehe.... dan menghilang dalam hutan. Bener kata orang, kalo mau ngeliat kondisi asli suatu daerah, datanglah ke pasar tradisionalnya.
Pasar Pogapa sangat sederhana, semua penjualnya adalah penduduk asli. Barang dagangan yang dijual hampir semuanya hasil bumi
Ada beberapa yang bahkan belum pernah saya lihat atau rasakan. Seperti sayuran yang mereka sebut sebagai sayur hutan,jagung berkulit merah atau sejenis kacang polong yang dijual dalam keadaan matang (direbus)dan ada juga buah berry hutan yang rasanya asam segar. Harga barang dagangan ini sangat murah, buah berry misalnya, hanya Rp 2000 setumpuk.
Sayur hutan
Berry hutan dan sejenis kacang polong besar
jagung kulit merah
Sayuran yang diikat dengan tangkai daun talas
Puas belanja dan tentu saja motret di pasar, kami pulang menuju mess dengan melewati Sekolah Dasar Pogapa. Setelah makan pagi barulah kami menuju desa Degesiga, untuk mulai riset vektor malaria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar