Horeeeee
ke pedalaman lagi....
Sekali lagi terlibat dalam riset tentang serangga, tepatnya nyamuk Anopheles sebagai vektor penyakit malaria, yang tiba-tiba mewabah di Distrik Homeyo. Distrik yang berada sekitar 2000 M dpl ini merupakan bagian dari Kabupaten Intan Jaya pecahan dari kabupaten Paniai. Peristiwa malaria yang konon merenggut 42 jiwa ini menjadi istimewa, karena vektor malaria tidak biasanya berada di daerah tinggi, apalagi dengan suhu hanya sekitar 15-25 derajat Celcius ini. (tapi asli, selama di Homeyo suhu gak pernah lebih dari 20 derajat C, deh)
perlengkapan perang (sebagian baru neh, yang lama digondol maling, hehehe)
Tim riset yang terdiri dari 5 orang ini berangkat pada tanggal 30 Agustus 2010 dari Sentani Jayapura menuju Nabire menggunakan pesawat komersil sekitar 1 jam 10 menit dan dilanjutkan dari Nabire ke Desa Pogapa (Distrik Homeyo) menggunakan pesawat kecil tipe Pilatus yang memuat 7 orang dengan barang atau 9 orang tanpa barang/bagasi. Secara kebetulan saat dalam pesawat menuju Nabire, sempat juga ada seekor nyamuk berukuran besar nangkring di jendela pesawat
Perjalanan dari Nabire menuju Pogapa sangat luar biasa, kami berenam (5 orang tim dan 1 pilot) berada di dalam pesawat (yang terasa sempit), melayang di atas lautan pepohonan tanpa batas, hutan, hutan dan hutan…. Hanya sungai atau tebing dan bukit saja yang menyelingi. Kami berlima tidak banyak mengucapkan kata, entah kagum, sedikit ngeri bahkan mungkin kelelahan (karena jadwal seharusnya, baru tanggal 31 kami ke Pogapa, tapi karena satu dan lain hal, secara dadakan tanggal 30 itu juga kami harus ke Pogapa, dan hanya punya waktu sekitar 1 jam saja untuk berkemas dan berbelanja… panik berat! Sampe-sampe gak sempet ngabarin keluarga, kalo musti terbang lanjut gitu)
Setelah terbang di atas hutan belantara sekitar 1 jam, sampailah kami di Distrik Homeyo desa Pogapa ini. Desa yang berada di tepi jurang di puncak bukit dan di antara hutan (jujur, langsung terpikir :’bener-bener kurang kerjaan bermukim di tempat ginian, hehehe’) ini sungguh eksotis. Ketika pesawat landing, kami disambut penduduk desa yang bagi saya tampak agak ‘ndeso’, liat pesawat aja sampe heboh gitu, (percaya atau gak, beberapa hari kemudian kamipun ikut berlarian menyambut pesawat yang landing, sama dengan perilaku penduduk Pogapa, wkwkwk)
Selama di Pogapa kami menginap di mess Koramil (yang oleh penduduk setempat disebut KOLAMIR, hihihi … susah nyebutnya kali…) dan selalu ditemani oleh tim dari suatu LSM Kesehatan (bener-bener thanx berat deh, kalo gak ada kalian, gak kebayang deh hehehe)
kantor Koramil tampak depan
Pemandangan ke arah desa dari depan mess Koramil
Seperti dataran tinggi lainnya (dan dingiiiiin), tumbuhan terutama bebungaan, tumbuh dan berkembang dengan luar biasa.
Semua awalnya terasa indah dan sempurna seperti berada di beranda sebuah nirwana...., hingga kami mendengarkan kisah-kisah mistis, unik, hingga mengalaminya sendiri …dan juga saat riset berburu nyamuk dimulai… oh… gak deh… hehehe
Tim unik, dengan pekerjaan unik di daerah unik pula…hehehe
Pemandangan dari halaman rumah kepala Puskesmas Pogapa, disaat gerimis sore hariAnak-anak yang sedang bermain di lapangan, di tepi landasan pesawat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar