Saya dan empat orang teman berkesempatan berkunjung ke Wasior, Ibu
Kota Kabupaten teluk Wondama Provinsi Papua Barat. Gak hanya
berkunjung sih sebenernya, tapi penelitian. Topiknya tentang nyamuk
Anopheles Sp sebagai vektor malaria di Pulau Papua bagian Indonesia,
jadi musti mengidentifikasi spesies nyamuk Anopheles di 2 Provinsi;
Papua dan Papua Barat.
Mulai tanggal 29 Mei hingga 7 Juni, kami
berada di Wasior. Mengapa bagian pertama ini diberi judul darat? Yah,
karena di Wasior ini ada kebiasaan menyebutkan arah berdasar arah darat
atau arah laut. Bukan berarti arah laut berarti lokasi itu di pulau atau
di air, namun hanya berdasarkan kecenderungan. Jadi bila lokasi yang
kita maksud (B) berada lebih dekat ke arah laut dibanding lokasi kita
sekarang (A), maka kita menyebut lokasi B sebagai arah ke laut. Hehehe
praktis sih, Cuma agak membingungkan bagi pendatang baru seperti kami.
Wasior
tempat yang indah, bayangan aja bila ada jajaran bukit memanjang di
sepanjang pantai, nah di antara tebing bukit dipenuhi pepohonan
menghutan dan pantai itulah Wasior dibangun, tentu saja kota ini akan
berbentuk memanjang seiring lekukan pantai dan bukit
|
Wasior dari arah pelabuhan laut |
|
Tahun 2010 lalu, Wasior dihantam
banjir bandang. Sebagian besar kota ini hancur, tentu saja kejadian menyedihkan
itu masih dapat diceritakan dengan detil oleh penduduk kota, apalagi peristiwa
banjir dengan skala yang lebih kecil terjadi di tahun 2013. Bekas-bekas
kerusakan akibat banjir, masih dapat kita lihat di beberapa tempat. Rupanya
bukan hanya air yang merusak kota ini, tetapi batu-batu besar hingga lumpur lah
yang membuat efek kerusakan begitu besar.
|
Alun-alun Wasior, batu-batu besar berlukis itu adalah batu-batu yang berasal dari guguran saat banjir bandang |
|
Sisa banjir Wasior |
|
Kehidupan yang muncul di bekas lokasi banjir |
|
Sisa-sisa banjir di Wasior |
|
Tanda jalur evakuasi banjir semacam ini, bertebaran di Wasior | |
|
Yang menganggumkan dari penduduk Wasior adalah kemauannya
untuk bangkit kembali, hingga saat kami tiba di sana, listrikpun belum 24 jam
tersedia, namun semangat untuk membangun kota tampak sekali. Jalan juga belum
semuanya baik. Transportasi menuju Wasior paling mudah melalui Manokwari
kemudian bisa dilanjutkan dengan kapal kecil atau pesawat yang kecil juga,
hehehe
Wasior juga dikenal dengan
situs rohani Kristiani yang disebut dengan batu peradaban. Batu
peradaban merupakan suatu batu tempat seorang pendeta bernama Izaac Samuel Kijne seringkali mengajar dan
mendirikan sekolah teologi, tepatnya di daerah Miei.
|
Batu peradaban |
Tak jauh dari batu peradaban terdapat sebuah sungai jernih
berbatu dengan air terjun kecilnya. Sungai ini juga merupakan sumber air buat
penduduk sekitarnya.
Yang menonjol dari Wasior di samping hutan dan pantainya adalah, sungai,
rasanya sebentar-sebentar kita akan bertemu anak sungai, dan dengan kondisi
tanah yang cenderung berpasir atau berbatu, gak heran juga kalo banjir bandang
di wasior selalu diikuti dengan muntahan batu dan lumpur.
|
Sungai
|
Berbagai hewan yang sempet saya potret saat berburu nyamuk dan jentiknya |
Back to main business, cari jentik
|
Mengamati nyamuk hasil tangkapan |
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar