Minggu, 08 Juni 2014

Wasior, Surga Setelah Banjir Bagian I : Darat



Saya dan empat orang teman berkesempatan berkunjung ke Wasior, Ibu Kota Kabupaten teluk Wondama Provinsi Papua Barat. Gak hanya berkunjung sih sebenernya, tapi penelitian. Topiknya tentang nyamuk Anopheles Sp sebagai vektor malaria di Pulau Papua bagian Indonesia, jadi musti mengidentifikasi spesies nyamuk Anopheles di 2 Provinsi; Papua dan Papua Barat.
Mulai tanggal 29 Mei hingga 7 Juni, kami berada di Wasior. Mengapa bagian pertama ini diberi judul darat? Yah, karena di Wasior ini ada kebiasaan menyebutkan arah berdasar arah darat atau arah laut. Bukan berarti arah laut berarti lokasi itu di pulau atau di air, namun hanya berdasarkan kecenderungan. Jadi bila lokasi yang kita maksud (B) berada lebih dekat ke arah laut dibanding lokasi kita sekarang (A), maka kita menyebut lokasi B sebagai arah ke laut. Hehehe praktis sih, Cuma agak membingungkan bagi pendatang baru seperti kami.
Wasior tempat yang indah, bayangan aja bila ada jajaran bukit memanjang di sepanjang pantai, nah di antara tebing bukit dipenuhi pepohonan menghutan dan pantai itulah Wasior dibangun, tentu saja kota ini akan berbentuk memanjang seiring lekukan pantai dan bukit
Wasior dari arah pelabuhan laut


Tahun 2010 lalu, Wasior dihantam banjir bandang. Sebagian besar kota ini hancur, tentu saja kejadian menyedihkan itu masih dapat diceritakan dengan detil oleh penduduk kota, apalagi peristiwa banjir dengan skala yang lebih kecil terjadi di tahun 2013. Bekas-bekas kerusakan akibat banjir, masih dapat kita lihat di beberapa tempat. Rupanya bukan hanya air yang merusak kota ini, tetapi batu-batu besar hingga lumpur lah yang membuat efek kerusakan begitu besar.
Alun-alun Wasior, batu-batu besar berlukis itu adalah batu-batu yang berasal dari guguran saat banjir bandang
Sisa banjir Wasior


Kehidupan yang muncul di bekas lokasi banjir

 
Sisa-sisa banjir di Wasior

Tanda jalur evakuasi banjir semacam ini, bertebaran di  Wasior 
 Yang menganggumkan dari penduduk Wasior adalah kemauannya untuk bangkit kembali, hingga saat kami tiba di sana, listrikpun belum 24 jam tersedia, namun semangat untuk membangun kota tampak sekali. Jalan juga belum semuanya baik. Transportasi menuju Wasior paling mudah melalui Manokwari kemudian bisa dilanjutkan dengan kapal kecil atau pesawat yang kecil juga, hehehe
Wasior juga dikenal dengan  situs rohani Kristiani yang disebut dengan batu peradaban. Batu peradaban merupakan suatu batu tempat seorang pendeta bernama Izaac Samuel Kijne seringkali mengajar dan mendirikan sekolah teologi, tepatnya di daerah Miei. 


Batu peradaban



Tak jauh dari batu peradaban terdapat sebuah sungai jernih berbatu dengan air terjun kecilnya. Sungai ini juga merupakan sumber air buat penduduk sekitarnya.

Yang menonjol dari Wasior di samping hutan dan pantainya adalah, sungai, rasanya sebentar-sebentar kita akan bertemu anak sungai, dan dengan kondisi tanah yang cenderung berpasir atau berbatu, gak heran juga kalo banjir bandang di wasior selalu diikuti dengan muntahan batu dan lumpur.


Sungai



Berbagai hewan yang sempet saya potret saat berburu nyamuk dan jentiknya
 Back to main business, cari jentik


Mengamati nyamuk hasil tangkapan





Tidak ada komentar:

Posting Komentar