Minggu, 21 Juli 2013

Venice of Papua

Asmat. Wah nama ini sih jelas gak asing lagi buat kita deh. Nama kabupaten sekaligus suku yang terkenal akan ukirannya ini sudah sampai manca negara deh.


Hehehe lagi-lagi saya ke Asmat ini karena tugas kantor, asli sebenernya jatah saya gak kesini. Tapi karena tukeran sama teman lain, dapat juga saya ke Asmat ini.

Perjalanan menuju Agats (Ibukota Kabupaten Asmat) ini saya lalui lewat Jayapura kemudian naik pesawat ke Timika, dan dari Timika lanjut dengan kapal laut selama 10 jam. Sebenernya bisa sih pake pesawat, tapi asal tau aja, ngantriiiiiii… konon musti mesen 2 minggu sebelumnya, dan itupun bisa aja kemungkinan batal terbang karena digeser ama pejabat hehehe

Tapi tau sendiri naik kapal seperti apa, gak naik gak turun berdesak-desakan gak karu-karuan, haduhhhh… Biarin deh, gak setiap hari juga kok.
Pelabuhan Timika
Agats, ibukota Asmat ini bener-bener unik, seluruh kota berada di atas rawa. Mau-gak mau rumah-rumah berbentuk rumah panggung, dan hampir seluruh jalan terbuat dari susunan papan kayu, berbentuk dek.


Hotel tempat saya menginap



Kantor Bupati Asmat (Konon Pak Bupati juga dibonceng motor kalo mo ngantor)
Salah satu jalan di kompleks perumahan
jalanan yang rindang dengan pohon bakau
kanal di Agats, akan penuh terisi air bila laut sedang pasang naik
Perempatan dengan patung asmat yang menjadi jantung kota

Berbagai ukiran  di dinding hotel (Ukiran ini yang membuat Asmat terkenal)
Motor di Agats (pake tenaga baterei dan tanpa plat nomor)

Karena daerah pantai, tentu aja yang paling menarik adalah saat sunset. Bagus banget yang pasti...
Menurut saya nih, Asmat bener-bener unik, dan berpotensi banget jadi tempat wisata, cuma ya itu dia, transportasi menuju dan dari Asmatnya yang musti dibenahin dulu deh...

Dermaga kecil

Dermaga kapal feri

2 komentar:

  1. wuaaaa...negeri jembatan terapung
    seumur-umur tinggal di rumah panggung
    sunsetnya cantik-cantik euy
    ^_*

    BalasHapus