Mau gak mau emang kita paling suka berencana deh, tentang apapun juga. Cuma mau gak mau juga, seringkali meleset juga ya. Seperti tahun ini, bener-bener gak ada rencana pulang dan natalan di Malang. Eh, gak tahunya kok dapat tugas ke Solo, sekalian deh balik ke Malang hahaha. Akhirnya balik deh dan bisa motret sarang tawon kecil di belakang daun ini....Kalo ngeliat tawon bikin sarang ini, pasti mereka punya rencana juga kan? yah, moga-moga aja gak meleset rencana mereka, sarang dirusak misalnya.....
Rabu, 26 Desember 2012
Kamis, 29 November 2012
Manokwari (again...)
Ya ya ya... saya udah lupa kali keberapa nulis soal ibukota Provinsi Papua Barat ini.
Kebetulan juga beberapa kali saya dapat kesempatang ngunjungi kota ini.
Nah, ceritanya gini, tepat 1 hari setelah kedatangan saya kembali ke Kota Jayapura setelah mengantar jenazah ke Palu, hari Seninnya saya mendapat tugas untuk mensupervisi riset nasional yang berjudul Ristoja ini.'
Saya kebagian dua titik di Manokwari: Ransiki dan Saubeba.
Maaffff banget buat warga Manokwari, awalnya saya ngira pantai di Manokwari yang bagus cuma yang namanya Pasir Putih saja...ternyata walah... masih banyak yang bagus...
Misalnya pantai Amban atau Pantai Bakaro, bahkan dalam perjalanan dari Ransiki, saya sempat motret laut dari jauh (tepatnya pas di tanjakan 'maut' Acemo, mau gak mau mobil jadi pelannnn banget, mana mobil yang kami tumpangi musti nolong sebuah mobil tanki yang gak bisa maju di tanjakan) dan hasil foto di tanjakan itu begitu dramatis gak kalah dramatis sama kemiringan tanjakan hahaha
Di pantai Bakaro, kami disuguhi salah satu keahlian masyarakat setempat yang unik, yaitu 'memanggil ikan'
seorang wanita hanya dengan meniup peluit dan menghancurkan sepotong besar bongkahan rumah rayap di tepi pantai, bisa mengundang puluhan ikan mendekat... wah ..
Kebetulan juga beberapa kali saya dapat kesempatang ngunjungi kota ini.
Nah, ceritanya gini, tepat 1 hari setelah kedatangan saya kembali ke Kota Jayapura setelah mengantar jenazah ke Palu, hari Seninnya saya mendapat tugas untuk mensupervisi riset nasional yang berjudul Ristoja ini.'
Saya kebagian dua titik di Manokwari: Ransiki dan Saubeba.
Maaffff banget buat warga Manokwari, awalnya saya ngira pantai di Manokwari yang bagus cuma yang namanya Pasir Putih saja...ternyata walah... masih banyak yang bagus...
Misalnya pantai Amban atau Pantai Bakaro, bahkan dalam perjalanan dari Ransiki, saya sempat motret laut dari jauh (tepatnya pas di tanjakan 'maut' Acemo, mau gak mau mobil jadi pelannnn banget, mana mobil yang kami tumpangi musti nolong sebuah mobil tanki yang gak bisa maju di tanjakan) dan hasil foto di tanjakan itu begitu dramatis gak kalah dramatis sama kemiringan tanjakan hahaha
Di pantai Bakaro, kami disuguhi salah satu keahlian masyarakat setempat yang unik, yaitu 'memanggil ikan'
seorang wanita hanya dengan meniup peluit dan menghancurkan sepotong besar bongkahan rumah rayap di tepi pantai, bisa mengundang puluhan ikan mendekat... wah ..
.
Rabu, 28 November 2012
Hari-hari Tak Terlupakan
Entah sudah beberapa kali saya menulis judul tentang ' Tak Terlupakan'
Gak tahu kenapa saya ngerasa emang banyak kejadian yang gak bakal terlupakan deh dalam hidup saya ini (atau emang semua orang gitu kali, dan memang gak boleh ngelupain banyak hal dalam hidup...)
Paket hari-hari itu dimulai tanggal 20 November 2012, ketika saya mendapat kabar bahwa salah satu anggota Tim Peneliti Riset Nasional Tumbuhan Obat dan Jamu (Ristoja) harus masuk RS di daerah pegunungan Papua tepatnya di Kabupaten Paniai. Tidak hanya itu, sang peneliti ternyata harus masuk ICU karena didiagnosa gagal jantung.
Keesokan paginya, baru saja bangun tidur, saya udah ditelpon ketua tim peneliti, bahwa sang peneliti sudah meninggal dunia pagi itu.
Yang terjadi selanjutnya, siang itu juga saya terbang menuju Kota Nabire (karena jenazah dibawa lewat jalan darat dari Paniai menuju Nabire) dan mempersiapkan pengiriman jenazah dan menyerahterimakan kepada keluarga di kampung halamannya di Kota Palu.
Sepertinya tugas saya itu akan mudah saja, tapi jangan salah.... Ternyata dari menyiapkan tempat persemayaman sementara di Nabire (akhirnya dipilih kamar jenazah RSUD Nabire), pengurusan surat ijin di karantina, mencari penerbangan dan pembuatan peti jenazah khusus, itu bener-bener menguras energi dan pikiran... bener-bener lelah jiwa raga (wkwkwkwk). Bayangin aja, untuk cari penerbangan aja, musti nelpon dan menghadap kesana-kemari tanpa hasil, akhirnya (dengan bertebal muka dan hati) memutuskan menghadap dan meminta bantuan ke Kapolres Nabire, wah keputusan yang sangat tepat ternyata, Sang Bapak Kapolres ini dengan segera mengerahkan anak buahnya mencari penerbangan yang mau mengantar kami. Hasilnya? dalam 1 jam saya, positif kami keesokan harinya (23 November) bisa terbang ke Palu.
Urusan peti khusus untuk penerbangan gak kalah seru: dari lapisan peti yang terdiri dari pelat seng, busa, kain dan plastik, hingga ukuran peti yang lebar 65 cm dan panjang..... berapa panjangnya??? dari 180 cm, berubah jadi 175 cm, jadi 173 cm, jadi 170 cm (sebagai informasi, tinggi jenazah 173 cm-an), dan setelah melalui penawaran sengit, jadilah 173 cm hufff, bisa bayangkan kalau panjang luar peti saja setinggi tubuh jenazah, gimana cara masukinnya? tentu saja penuh perjuangan. dan tepat pukul 24.00 WIT hari itu, persiapan pengiriman selesai
Sejak pagi-pagi buta tanggal 23 November, perjalanan membawa jenazah dimulai, dengan rute: Nabire-Jayapura-Makassar-Palu. Kami sampai di Palu pukul 23.00 Witeng
Malam itu juga kami menyerahkan kembali jenazah kepada keluarganya dan baru pukul 02.00 Witeng tanggal 24 November baru selesailah semua tugas itu (pokoknya baru bisa istirahat bener jam segitu deh)
Paginya saya masih sempet jalan-jalan bentar keliling Kota Palu (terutama pantai nya) dan ada yang unik juga yaitu sebuah pohon berdiri sendiri menjorok ke tengah air laut (pas agak surut sih, kalau pas pasang naik, yakin deh pasti lebih unik lagi keliatannya)
Siang itu juga, saya terbang kembali ke Jayapura, tentu aja nyampenya besok harinya lagi tanggal 25 November.... hehehehe
Gak tahu kenapa saya ngerasa emang banyak kejadian yang gak bakal terlupakan deh dalam hidup saya ini (atau emang semua orang gitu kali, dan memang gak boleh ngelupain banyak hal dalam hidup...)
Paket hari-hari itu dimulai tanggal 20 November 2012, ketika saya mendapat kabar bahwa salah satu anggota Tim Peneliti Riset Nasional Tumbuhan Obat dan Jamu (Ristoja) harus masuk RS di daerah pegunungan Papua tepatnya di Kabupaten Paniai. Tidak hanya itu, sang peneliti ternyata harus masuk ICU karena didiagnosa gagal jantung.
Keesokan paginya, baru saja bangun tidur, saya udah ditelpon ketua tim peneliti, bahwa sang peneliti sudah meninggal dunia pagi itu.
Yang terjadi selanjutnya, siang itu juga saya terbang menuju Kota Nabire (karena jenazah dibawa lewat jalan darat dari Paniai menuju Nabire) dan mempersiapkan pengiriman jenazah dan menyerahterimakan kepada keluarga di kampung halamannya di Kota Palu.
Sepertinya tugas saya itu akan mudah saja, tapi jangan salah.... Ternyata dari menyiapkan tempat persemayaman sementara di Nabire (akhirnya dipilih kamar jenazah RSUD Nabire), pengurusan surat ijin di karantina, mencari penerbangan dan pembuatan peti jenazah khusus, itu bener-bener menguras energi dan pikiran... bener-bener lelah jiwa raga (wkwkwkwk). Bayangin aja, untuk cari penerbangan aja, musti nelpon dan menghadap kesana-kemari tanpa hasil, akhirnya (dengan bertebal muka dan hati) memutuskan menghadap dan meminta bantuan ke Kapolres Nabire, wah keputusan yang sangat tepat ternyata, Sang Bapak Kapolres ini dengan segera mengerahkan anak buahnya mencari penerbangan yang mau mengantar kami. Hasilnya? dalam 1 jam saya, positif kami keesokan harinya (23 November) bisa terbang ke Palu.
Urusan peti khusus untuk penerbangan gak kalah seru: dari lapisan peti yang terdiri dari pelat seng, busa, kain dan plastik, hingga ukuran peti yang lebar 65 cm dan panjang..... berapa panjangnya??? dari 180 cm, berubah jadi 175 cm, jadi 173 cm, jadi 170 cm (sebagai informasi, tinggi jenazah 173 cm-an), dan setelah melalui penawaran sengit, jadilah 173 cm hufff, bisa bayangkan kalau panjang luar peti saja setinggi tubuh jenazah, gimana cara masukinnya? tentu saja penuh perjuangan. dan tepat pukul 24.00 WIT hari itu, persiapan pengiriman selesai
Jenazah peneliti disemayamkan di kamar jenazah RSUD Nabire |
Mobil jenazah siap di Bandara Nabire pagi-pagi buta |
Malam itu juga kami menyerahkan kembali jenazah kepada keluarganya dan baru pukul 02.00 Witeng tanggal 24 November baru selesailah semua tugas itu (pokoknya baru bisa istirahat bener jam segitu deh)
Paginya saya masih sempet jalan-jalan bentar keliling Kota Palu (terutama pantai nya) dan ada yang unik juga yaitu sebuah pohon berdiri sendiri menjorok ke tengah air laut (pas agak surut sih, kalau pas pasang naik, yakin deh pasti lebih unik lagi keliatannya)
Siang itu juga, saya terbang kembali ke Jayapura, tentu aja nyampenya besok harinya lagi tanggal 25 November.... hehehehe
Pantai Talise Kota Palu |
Pohon menjorok dalam laut |
Sabtu, 10 November 2012
Kucing
Seperti biasanya di akhir tahun gini, kerjaan numpuk gak abis-abis. Nah kalo udah gini rasanya iri banget sama kucing-kucing di kantor (yang gak tahu dari mana asal-usulnya, tiba tiba banyak dan beranak pinak dan udah dibuang bolak-balik tetep banyak itu) yang hobbynya makan, tidur dan ngeong-ngeong (kalo kucing-kucing ini bisa nyanyi pasti udah jadi boys atau girls band yo..) jengkel banget (iri tepatnya). Dan kejengkelan ini makin menjadi-jadi, karena tetangga sebelah rumah juga hobby melihara kucing 4 ekor dan keturunan dedemit semua. Kucing tetangga ini suka nyuri ikan koki peliharaan dan buang hajat di halaman (tahu kan kotoran kucing tuh bau banget, sampe kucingnya aja malu ama bau kotorannya ndiri, makanya sampe dikubur dalam-dalam) sampe timbul juga usaha meracuni kucing-kucing neraka nih... ada yang tahu caranya? pake racun tikus bubuk campur ikan sarden kalengan rasanya gak mempan deh, wkwkwkwk (ketahuan ada yang udah merencanakan pembunuhan nih hahahaha)
Kucing kantor, bangun tidur siang (hufffff) |
Minggu, 07 Oktober 2012
Solo
Saya bener bener gak bisa membayangkan, kalo suatu saat bisa balik ke kota ini. Ya, Solo. Sudah 12 tahun lebih sejak kelulusan dari S1 dulu, baru kali ini saya bisa kembali. Entah kenapa juga, Litbang tiba-tiba bisa ngadain acara di kota ini. Mungkin karena kebetulan yang dibahas riset tumbuhan obat, yang di Indonesian pusat penelitian ini ada di Tawangmangu, sebelahan sama Solo sih.
Sayangnya, karena jadwal yang padat, saya hampir-hampir gak bisa kemana mana (itu juga yang menyebabkan saya gak woro-woro ke teman-teman di Solo, sorry yo 'konco lawas', takut gak bisa nemuin ...) tapi sempet juga sih melarikan diri ke bekas kost lama (kebetulan hotelnya deket), trus mampir di penjual rawon langganan (nyarter becak judulnya nih) ... dan si penjual (Mbak Pepe) masih ingat sama saya, wakakakakak hebat Mbaknya...
Udah, setelah itu ya balik ke Jayapura lagi (via Jakarta), sempet motret gubuk plus mendung di deket bandara Adi Sumarmo. (inipun di upload di cafe bandara)
Solo, tetep aja menyenangkan
Sayangnya, karena jadwal yang padat, saya hampir-hampir gak bisa kemana mana (itu juga yang menyebabkan saya gak woro-woro ke teman-teman di Solo, sorry yo 'konco lawas', takut gak bisa nemuin ...) tapi sempet juga sih melarikan diri ke bekas kost lama (kebetulan hotelnya deket), trus mampir di penjual rawon langganan (nyarter becak judulnya nih) ... dan si penjual (Mbak Pepe) masih ingat sama saya, wakakakakak hebat Mbaknya...
Udah, setelah itu ya balik ke Jayapura lagi (via Jakarta), sempet motret gubuk plus mendung di deket bandara Adi Sumarmo. (inipun di upload di cafe bandara)
Solo, tetep aja menyenangkan
Selasa, 25 September 2012
Malamku
Ribuan kali aku menyulam kerudung langit dengan jubah samuderamu
dan kupanggil engkau cakrawala
Namun malam menghapus garismu dan merobek wajahmu menjadi serpihan...
malampun memintal benang airmata...
dan kupanggil engkau cakrawala
Namun malam menghapus garismu dan merobek wajahmu menjadi serpihan...
malampun memintal benang airmata...
Jumat, 24 Agustus 2012
Cruising Sentani
Ya, tanggal 22 Agustus kemarin, kami memutuskan mengarungi Danau Sentani dengan perahu (walaupun kenyataannya banyak tempat lain di sekitar Danau Sentani yang akhirnya dikunjungi) Mengelilingi Danau Sentani menggunakan perahu, dimulai dari dermaga Kalkote (tempat Festival Danau Sentani diadakan setiap tahunnya)
Pemandangan Danau Sentani dari atas bukit juga bisa dilihat dari Bukit Tutari di daerah Doyo Lama. Bukit Tutari ini terkenal karena terdapat situs megalitikum yang konon berasal dari 30.000-40.000 tahun sebelum masehi. Di Situs ini terdapat beberapa gugusan batu bertulis, maupun bentukkan seperti menhir maupun susunan batu-batu. Batu-batu ini berlukis gambar ikan, reptil maupun bentukan seperti gelang.
terdapat pula kumpulan menhir yang ternyata merupakan makam untuk kaum lelaki yang biasa disebut dengan (Dootomo), sedangkan makam untuk perempuan disebut dengan mietomo, berupa batu-batu bulat yang disusun berderet deret.
Di situs ini juga terdapat 4 buah batu besar (dilindungi dengan cungkup) yang merupakan simbol dari 4 suku yang berada di sekitar daerah ini .
Selasa, 14 Agustus 2012
Genteng bocor
semalam hujan turun deras sekali di daerah Jayapura
Pagi hari pun masih turun dengan deras. kebetulan genteng belakang rumah kalo hujan deras suka bocor. Namun bocornya di lokasi strategis: tepat di atas beberapa tanaman anggrek hehehe. jadi sekalian menyiram kali.... hahaha (cocok buat yang males....)
Paginya, keliatan deh sisa-sisa titik hujan di anggrek ini...
Paginya, keliatan deh sisa-sisa titik hujan di anggrek ini...
Senin, 30 Juli 2012
Menyelam di Harlem
Akhirnya saya kembali juga ke pantai yang namanya panjang ini: Susu Nakisi Harlem, atau yang biasa dikenal dengan nama Pantai Harlem.
Beruntungnya, ada seorang teman yang lagi kursus diving, kita yang nemenin jadi kecipratan diving gratis, wakakakak
Gak pernah nyangka kalo dunia bawah laut di Pantai Harlem bagus banget, dan kata instrukturnya masih banyak spot diving keren di sekitar Jayapura... wah ....
Pas sampe di Harlem, Minggu pagi 29 Juli, cuaca mendung, sempet hujan malah, jadi kita milih snorkling dulu. Pas cuaca mulai cerah (dan akhirnya panas banget) baru deh kita nyelam... emang bagus banget... hehehe
Beruntungnya, ada seorang teman yang lagi kursus diving, kita yang nemenin jadi kecipratan diving gratis, wakakakak
Gak pernah nyangka kalo dunia bawah laut di Pantai Harlem bagus banget, dan kata instrukturnya masih banyak spot diving keren di sekitar Jayapura... wah ....
Pas sampe di Harlem, Minggu pagi 29 Juli, cuaca mendung, sempet hujan malah, jadi kita milih snorkling dulu. Pas cuaca mulai cerah (dan akhirnya panas banget) baru deh kita nyelam... emang bagus banget... hehehe
Tetes hujan di atap ijuk, pondok di tepi pantai |
Bunga rumput di tepi kolam air tawar |
Snorkling di tengah gerimis |
Seorang wanita nelayan sekaligus pemilik pondok, berperahu ke pantai |
Rabu, 25 Juli 2012
Kuntum Dalam Bejana
Kesunyian yang mengendap-endap
menyergap dalam kesadaran
membekukan gejolak dalam gerak
menyisakan tiang nyawa di bawah hujan matahari....
dia yang tergenang dalam buaian..
dan terbuai....
hingga bejana waktu perlahan mengering
tak berakar....
foto: Bunga meja di Novotel Svarnabhumi Bangkok
menyergap dalam kesadaran
membekukan gejolak dalam gerak
menyisakan tiang nyawa di bawah hujan matahari....
dia yang tergenang dalam buaian..
dan terbuai....
hingga bejana waktu perlahan mengering
tak berakar....
foto: Bunga meja di Novotel Svarnabhumi Bangkok
Jumat, 29 Juni 2012
Sunset di Kuta
Hmmmm, pelat merah beraksi wkwkwkwk
Akhirnya bisa weekend di Bali karena kerjaan. Passsss nya lagi, diinepin di hotel depan pantai Kuta. sippp
Yah, bisa motret dikit sunsetnya deh, walaupun ketutup awan juga sih.
Yang menarik, ada beberapa bendera larangan berenang, trus pada gak renang pengunjung pantainya dong??? tentu saja tidak... tetep rame rame renang..... ckckckck
Akhirnya bisa weekend di Bali karena kerjaan. Passsss nya lagi, diinepin di hotel depan pantai Kuta. sippp
Yah, bisa motret dikit sunsetnya deh, walaupun ketutup awan juga sih.
Yang menarik, ada beberapa bendera larangan berenang, trus pada gak renang pengunjung pantainya dong??? tentu saja tidak... tetep rame rame renang..... ckckckck
Jumat, 22 Juni 2012
Lucky me In Bangkok (part 2)
Selama di bangkok gak banyak tempat wisata yang saya kunjungi (tentu aja, kan judulnya kongres, pake plat merah lagi... wkwkwk) cuma lucky me lagi, ada waktu di sore harinya untuk mengunjungi Grand Palace yang merupakan istana tempat tinggal raja Thailand (kecuali raja yang sekarang-Rama IX) Di Grand Palace inilah, sang guide berkali-kali ngomong: "lucky you, Sir" saat menemani saya mengelilingi Grand Palace.
Lucky nya gara-gara: saya sampe lokasi saat tinggal 1 jam lagi istana tutup, trus saya sempet melihat pergantian penjaga istana, atau masuk ruang yang gak dibuka tiap hari, dan saya pas bisa liat, seperti gedung tempat upacara pemahkotaan raja baru (sayang gak boleh motret) Grand palace yang dibagi menjadi 3 bagian: luar, tengah dan dalam (hanya luar dan tengah yang boleh dilihat umum)terdiri dari bangunan-bangunan dengan atap berbagai macam bentuk (karena didesain oleh arsitek masa lampau dari berberapa negara, termasuk Cambodia maupun negara Barat).
Pergantian penjaga istana
Patung-patung dan bangunan di bagian luar Grand palace
Tempat yang paling sakral (lagi-lagi gak boleh difoto) adalah Temple of Jade Budha. Temple tempat disemayamkan sebuah patung Budha dari batu jade hijau berukuran sekitar 66 cm ini paling ramai dikunjungi. Patung ini mengenakan asesoris sesuai dengan musim. Ada 3 musim yang dikenal oleh masyarakat Thailand, yaitu musim panas, musim hujan dan musim dingin. Pergantian asesoris ini, dilakukan dengan upacara khusus dan dilakukan oleh sang raja atau putera mahkotanya.
Di lingkungan Grand Palace, terdapat miniatur Angkor Wat yang dibuat saat pemerintahan Raja Rama IV.
Juga terdapat kelompok bangunan yang bernama (menurut saya, sulit nyebutnya….)Phra Thinang Chakri Maha Prasat. Dalam kelompok gedung yang terletak di bagian tengah ini, terdapat gedung besar tempat raja menjamu tamu-tamu negara, yang lantai atasnya terdapat ruangan untuk menyimpan abu jenazah para raja dan keluarganya (gak boleh dimasuki umum juga)
Phra Thinang Chakri Maha Prasat
Gedung terakhir yang kita lihat sebelum keluar dari kompleks Grand Palace adalah Phra Thinang Dusit Maha Prasat . Gedung didominasi warna putih dan emas ini merupakan tempat disemayamkan jenazah raja dan keluarganya, sebelum dikremasi.
Keluar dari Grand Palace, kami berencana mencari rumah makan Indonesia. Hmmm, setelah tawar menawar dengan taxi, dapatlah sebuah taxi yang mau mengantar kami dengan biaya 50 Bath saja, asal sebelumnya kami harus mampir dulu di sebuah toko kain dan souvenir. “ gak beli gak papa Pak, asal mau mampir minimal 10 menit, karena saya akan dapat 5 liter bensin kalo membawa tamu”…
Hehehe, Sip, tentu aja kami setuju. Wong akhirnya belanja juga. Eh, setelah di dalam taxi, si supir menawarkan lagi, kalo mampir di 1 toko lagi (toko perhiasan), maka ongkos taxi akan digratiskan, karena ia akan dapat 5 liter lagi!!
“ lucky you, Sir”, kata si sopir, lagi ada promo bensin gratis buat taxi dan hanya 3 hari saja….
Lagi-lagi saya iyakan dong, wkwkwkwk
Saat di Bangkok, saya beruntung mendapat kesempatan melihat 'Green Jade Budha' yang merupakan patung Budha terbuat dari batu jade hijau terbesar di dunia yang ditemukan di Utara Canada seberat 18 ton. Patung ini merupakan karya seniman Thailand. Saat saya melihatnya, adalah saat pertama kali patung itu dipertunjukkan untuk umum di Bangkok, dan patung itu ditujukan untuk perdamaian dunia, yang konon akan memulai perjalanannya mengelilingi dunia untuk akhirnya disemayamkan di sebuah vihara di Australia.
Green Jade Budha
Keberuntungan masih juga menaungi saya saat saya di bandara Svarnabhumi untuk terbang kembali ke Jakarta dan lanjut ke Jayapura, karena saat di imigrasi saya mendapatkan perlakuan khusus, masuk fast track, karena saya memegang passport dinas. Pemeriksaan cepet banget dan praktis gak ngantri. Hehehe
Tapi keberuntungan gak berlangsung lama di tanggal 16 Juni itu, pasalnya sesaat sebelum keberangkatan, ternyata diumumkan kalo penerbangan kami dibatalkan karena pesawatnya mengalami kerusakan, walllaaaahhh…… Gak main-main, perjalanan kepulangan saya ke Indonesia molor 2 hari, baru pulang tanggal 18 nya dan sampai di Jayapura tanggal 19 pagi. Hmmmm
Tapi tetep saja saya syukuri deh, karena selama 2 hari nunggu jadwal penerbangan yang gak pasti, kami diinapkan oleh maskapai penerbangan bersangkutan di sebuah hotel cukup mewah, dan senengnya lagi, bisa berkenalan dan bertukar cerita dengan teman-teman baru….
So, tetep aja, saya merasa ‘lucky’…..
Lucky nya gara-gara: saya sampe lokasi saat tinggal 1 jam lagi istana tutup, trus saya sempet melihat pergantian penjaga istana, atau masuk ruang yang gak dibuka tiap hari, dan saya pas bisa liat, seperti gedung tempat upacara pemahkotaan raja baru (sayang gak boleh motret) Grand palace yang dibagi menjadi 3 bagian: luar, tengah dan dalam (hanya luar dan tengah yang boleh dilihat umum)terdiri dari bangunan-bangunan dengan atap berbagai macam bentuk (karena didesain oleh arsitek masa lampau dari berberapa negara, termasuk Cambodia maupun negara Barat).
Pergantian penjaga istana
Atap yang didesain oleh arsitek dari berbagai negara
Patung-patung dan bangunan di bagian luar Grand palace
Tempat yang paling sakral (lagi-lagi gak boleh difoto) adalah Temple of Jade Budha. Temple tempat disemayamkan sebuah patung Budha dari batu jade hijau berukuran sekitar 66 cm ini paling ramai dikunjungi. Patung ini mengenakan asesoris sesuai dengan musim. Ada 3 musim yang dikenal oleh masyarakat Thailand, yaitu musim panas, musim hujan dan musim dingin. Pergantian asesoris ini, dilakukan dengan upacara khusus dan dilakukan oleh sang raja atau putera mahkotanya.
Di lingkungan Grand Palace, terdapat miniatur Angkor Wat yang dibuat saat pemerintahan Raja Rama IV.
Juga terdapat kelompok bangunan yang bernama (menurut saya, sulit nyebutnya….)Phra Thinang Chakri Maha Prasat. Dalam kelompok gedung yang terletak di bagian tengah ini, terdapat gedung besar tempat raja menjamu tamu-tamu negara, yang lantai atasnya terdapat ruangan untuk menyimpan abu jenazah para raja dan keluarganya (gak boleh dimasuki umum juga)
Phra Thinang Chakri Maha Prasat
Gedung terakhir yang kita lihat sebelum keluar dari kompleks Grand Palace adalah Phra Thinang Dusit Maha Prasat . Gedung didominasi warna putih dan emas ini merupakan tempat disemayamkan jenazah raja dan keluarganya, sebelum dikremasi.
Phra Thinang Dusit Maha Prasat
Detil ukiran di pintu dan keramik yang berasal dari Cina
Keluar dari Grand Palace, kami berencana mencari rumah makan Indonesia. Hmmm, setelah tawar menawar dengan taxi, dapatlah sebuah taxi yang mau mengantar kami dengan biaya 50 Bath saja, asal sebelumnya kami harus mampir dulu di sebuah toko kain dan souvenir. “ gak beli gak papa Pak, asal mau mampir minimal 10 menit, karena saya akan dapat 5 liter bensin kalo membawa tamu”…
Hehehe, Sip, tentu aja kami setuju. Wong akhirnya belanja juga. Eh, setelah di dalam taxi, si supir menawarkan lagi, kalo mampir di 1 toko lagi (toko perhiasan), maka ongkos taxi akan digratiskan, karena ia akan dapat 5 liter lagi!!
“ lucky you, Sir”, kata si sopir, lagi ada promo bensin gratis buat taxi dan hanya 3 hari saja….
Lagi-lagi saya iyakan dong, wkwkwkwk
Saat di Bangkok, saya beruntung mendapat kesempatan melihat 'Green Jade Budha' yang merupakan patung Budha terbuat dari batu jade hijau terbesar di dunia yang ditemukan di Utara Canada seberat 18 ton. Patung ini merupakan karya seniman Thailand. Saat saya melihatnya, adalah saat pertama kali patung itu dipertunjukkan untuk umum di Bangkok, dan patung itu ditujukan untuk perdamaian dunia, yang konon akan memulai perjalanannya mengelilingi dunia untuk akhirnya disemayamkan di sebuah vihara di Australia.
Green Jade Budha
Keberuntungan masih juga menaungi saya saat saya di bandara Svarnabhumi untuk terbang kembali ke Jakarta dan lanjut ke Jayapura, karena saat di imigrasi saya mendapatkan perlakuan khusus, masuk fast track, karena saya memegang passport dinas. Pemeriksaan cepet banget dan praktis gak ngantri. Hehehe
Interior Bandara Internasional Svarnabhumi (penuh lukisan)
Tapi tetep saja saya syukuri deh, karena selama 2 hari nunggu jadwal penerbangan yang gak pasti, kami diinapkan oleh maskapai penerbangan bersangkutan di sebuah hotel cukup mewah, dan senengnya lagi, bisa berkenalan dan bertukar cerita dengan teman-teman baru….
So, tetep aja, saya merasa ‘lucky’…..
Langganan:
Postingan (Atom)