Pantai, pantai, pantai....
setelah beberapa hari kerja yang cukup padat (padat banget malah, sampe terasa tenggelam, wkwkwk), akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan sama temen kantor ke Pantai Holtekamp.
Pantai yang gak terlalu jauh dari Jayapura ini merupakan pantai yang cukup panjang dan berpasir halus berwarna abu-abu.
Payahnya, karena kebburu-buru berangkat (kesalahan pengaturan rute pemberangkatan) akhirnya malah gak bawa kamera!!! payahhh... akhirnya pake kamera blackberry deh...
Payah kedua, cuaca gak mendukung, hujan, panas, hujan, panas walahhhh.
tapi intinya tetep seneng kok, karena bisa berenang (berendam tepatnya) di air laut
pantai saat panas
hujan mulai merambati sebagian langit
anjing yng setia nemenin kami (nemenin ikan bakar menu makan siang kami maksudnya, wkwkwkwk)
waktunya keluar dari air, dan pulang....
Sabtu, 23 Juli 2011
Kamis, 21 Juli 2011
Cahaya
Rabu, 06 Juli 2011
Api, Air, Batu dan Udara
Aku berkata kepada api..
tentang kebencianku kepada kobaran panasnya,
tentang kesenangannya membakar hangus segala sesuatu...
Api mendengus, dan tergelak....
Aku menemui air
kukatakan pula aku membencinya....
aku tidak suka dengan kedalamannya..
tentang kegemarannya menenggelamkan dan membekap paru-paru hidup...
Air hanya metatapku dengan geli dan berlalu sambil bernyanyi keras...
Aku berkacak pinggang menegur batu..
ketika kukatakan kalau aku juga membencinya,
seketika dia menari, berjingkat-jingkat dan melompat ke dalam kepalaku
batu berjoget seru bergoyang-goyang dalam batok kepalaku..
membuat kepalaku sakit...
kuhempaskan kepalaku ke udara, hingga batu terlontar keluar..
aku menjerit: 'kau tidak pantas`dalam kepalaku'
Batu terkekeh menyahut: 'tentu saja aku tidak pantas berada di dalam kepalamu
karena di sana banyak hal yang lebih keras daripada aku'
Kini udara muncul di hadapanku,
kulit transparan nya memar karena benturan hempasan kepalaku...
Udara berbisik di telingaku: 'andai saja engkau mencoba melihat, mendengar, berpikir
dengan cara kami...'
dan kepalaku semakin sakit....
* Setiap luka adalah ibunda peristiwa, dan di balik setiap jubah peristiwa yang
terkoyak, makna terbaring...
tunas ketapang (Terminalia cattapa) di antara pecahan biji ketapang
tentang kebencianku kepada kobaran panasnya,
tentang kesenangannya membakar hangus segala sesuatu...
Api mendengus, dan tergelak....
Aku menemui air
kukatakan pula aku membencinya....
aku tidak suka dengan kedalamannya..
tentang kegemarannya menenggelamkan dan membekap paru-paru hidup...
Air hanya metatapku dengan geli dan berlalu sambil bernyanyi keras...
Aku berkacak pinggang menegur batu..
ketika kukatakan kalau aku juga membencinya,
seketika dia menari, berjingkat-jingkat dan melompat ke dalam kepalaku
batu berjoget seru bergoyang-goyang dalam batok kepalaku..
membuat kepalaku sakit...
kuhempaskan kepalaku ke udara, hingga batu terlontar keluar..
aku menjerit: 'kau tidak pantas`dalam kepalaku'
Batu terkekeh menyahut: 'tentu saja aku tidak pantas berada di dalam kepalamu
karena di sana banyak hal yang lebih keras daripada aku'
Kini udara muncul di hadapanku,
kulit transparan nya memar karena benturan hempasan kepalaku...
Udara berbisik di telingaku: 'andai saja engkau mencoba melihat, mendengar, berpikir
dengan cara kami...'
dan kepalaku semakin sakit....
* Setiap luka adalah ibunda peristiwa, dan di balik setiap jubah peristiwa yang
terkoyak, makna terbaring...
tunas ketapang (Terminalia cattapa) di antara pecahan biji ketapang
Langganan:
Postingan (Atom)