Kamis, 30 Mei 2013

Softly as i leave you

Ini judul lagu yang akhir-akhir ini sering saya putar. Lagu yang aslinya merupakan lagu Italia yang ditulis tahun 1960 oleh Giorgio Calabrese.  Sebenernya saya sendiri dah lama banget kenal lagu ini, tapi versi instrumentalnya (halah..) Pasalnya sedari kecil, tiap tidur siang selalu diputerin lagu ini deh. tepatnya diputerin kaset yang isinya instrumental lagu-lagu seperti: Softly as i leave you, Michelle, Memory atau Cavatina. Cavatina juga favorit saya. Saat di bangku kuliah baru deh ketemu syair lagu Softly ini, saat itu yang nyanyi versi Cliff Richard. Nah, sekarang-sekarang nih, saya udah punya 15 buah versi nih lagu dalam ipod, dari versi instrumental, solo, vokal grup sampe versi paduan suara. Yang nyanyiin juga penyanyi-penyanyi top, dari Frank Sinatra, Elvis Presley sampe yang terbaru Michael Buble (menurut saya, versi Michael ini juaranya, kalo instrumennya versinya  Mantovani, penasaran? coba cari di Youtube deh) Tapi beberapa temen saya nanya: kalo ada sampe 15 versi gitu mustinya lagunya beken berat dong... Ya mustinya gitu, tapi banyak yang gak tau lagu ini lho. Menurut saya lagi nih, lagu baru bener-bener dianggap terkenal di dunia (baca: Indonesia) kalo udah ada versi dangdut koplonya wakakakak (yakin, semua umat pada hafal)
Tapi nih, lagu ini juga punya  cerita gak enak. Tepatnya kemarin, saya dengan sukses tiarap pake motor di jalan yang menurun pas hujan-hujan, payahnya naik motornya sambil dengerin nih lagu pasnya lagi mas Buble ini yang lagi nyanyi. parah... wakakakak
Akhirnya hari ini pake motornya jadi serba pelan dan hati-hati, dan untungnya jadi ngeh kalo langit sore di atas teluk Yotefa berwarna merah gini. Jarang-jarang yang model gini keluar, karena teluk Yotefa ini bagus kalo kita melihatnya ngadep ke Tenggara, jadi jarang banget warna merah pas senja, kalo pas pagi merah ya biasa lah, karena tetanggaan sama arah Timur. Sore ini merah, karena jumlah awan di langit banyak banget mengelompok gitu, mungkin ini yang membuat merahnya langit Barat sampe ke Tenggara



Minggu, 26 Mei 2013

Waktu Sendiri


Minggu-minggu terakhir ini saya lebih seneng ngapa-ngapain sendiri (emang selalu sendiri kali, wkwkwk). Gak sih, tapi bener-bener butuh waktu sendiri dan makin parah hari-hari terakhir ini.
Jadi pengen minta maaf sama temen-temen yang jadi gak enak hati ya, soalnya tiap mo ngajakin jalan, saya menghindar terus... hehehe
Efeknya jadi suka bangun pagi gak jelas gitu.. buntutnya ya hunting...




Jumat, 17 Mei 2013

Ambon dan Saumlaki

Tanggal 13-16 Mei ini saya akhirnya berkesempatan mengunjungi Provinsi Maluku, di kota Ambon dan ke Saumlaki (ibukota kabupaten Maluku Tenggara Barat)
Kepergian ke 2 daerah tersebut masih dalam rangka sambungan kunjungan Menteri Kesehatan.
Kedudukan provinsi ini sebagai provinsi kepulauan, tentu aja jadi banyak pantai dan laut.
Gak banyak gambar yang bisa saya ambil, karena bener-bener full kegiatan.

Tanggal 13 sore sampai Ambon, 14 pagi-pagi banget udah harus terbang ke Saumlaki. Saumlaki kota kecil yang jaraknya Cuma 15 menit terbang ke Darwin Australia (kalo dari ambon justru 90 menit), yakin masa depannya bakal hebat banget nih kota. Karena kedatangan saya bareng-bareng pejabat penting, jadi ketularan dapat seremonialnya, misal ikut dikalungi selendang khas Tanimbar, juga dapat kesempatan ketemu langsung bupati dan berkunjung ke tempat-tempat kegiatan riset juga program kesehatan posyandu dari balita hingga posyandu manula.

Selendang Tanimbar

Omong-omong soal Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat ini terdiri dari kumpulan pulau yang disebut kepulauan Tanimbar. Nah, Kota Saumlaki ini terletak di Pualu Yamdena, pulau terbesar di gugusan kepulauan ini.


Pantai di Saumlaki (dari kamar hotel Harapan Indah)
Saya nginap di sebuah hotel yang mengejutkan. Gimana gak, hotel ber’judul’ Harapan Indah ini dari mukanya sih biasaaaaaa banget. Bahkan sempet bikin kita under estimate deh. Apalagi setelah melalui resepsionis, kami justru diantar melalui ruangan yang biasa banget, seperti rumah kebanyakan, malah kami justru harus melewati dapur dulu. Lah mana indahnya nih. Ternyata, setelah melalui pintu belakang, barulah kami dihadapkan dengan hotel yang berdinding dan berlantai kayu, dan berada di permukaan air laut. Begitu buka jendela pun, langsung terpampang pemandangan laut. Wah ini bener-bener indah. Di depan kamar terdapat taman kecil yang ditumbuhi berbagai macam tanaman, termasuk anggrek larat berwarna ungu yang saat itu rupanya sedang musim berbunga. Jadi happening banget, hampir tiap rumah punya bunga anggrek ungu yang sedang mekar di halaman depan rumahnya.

Taman Hotel Harapan Indah dan Anggrek Larat



Pemandangan pantai dan wastafel unik di sebuah rumah makan di Saumlaki ( RM Beringin Dua)

Sebagian jalan raya di Saumlaki
Kami juga diajak berkunjung ke suatu situs kuno berusia sekitar 400 tahun, yaitu situs Sangliat Dol. Situs berbentuk perahu besar dari batu. Tampak beberapa relief di bagian depan dan belakang ‘perahu’ batu itu, juga ada meja dari batu dan menhir kecil. Menurut tetua kampung, situs ini merupakan panggung tempat melakukan upacara adat. Tepat berhadapan dengan ‘perahu’ ini ada tangga-tangga curam menuju pantai yang juga terbuat dari batu yang sama yang diperkirakan seumur dengan situs. Tangga ini merupakan gerbang masuk ke kampung Sangliat di masa lalu saat daerah ini belum bisa dijangkau lewat jalan darat. Namun sampai saat ini pun, tangga ini digunakan sebagai akses penduduk menuju pantai.



Situs Sangliat Dol dan tangga batu

Sayangnya saya gak terlalu lama di Maluku, tapi bener-bener pengen balik deh. Bayangin aja, provinsi kepulauan gini, pasti full dengan pemandangan dan pengalaman indah, hmmm

Sunset di ketinggian Kota Ambon


Minggu, 12 Mei 2013

Pantai Holtekam Lagi

Hehehe ya bener...
tanggal 10 Mei libur khusus Papua. Lumayan jadi bisa jalan-jalan bareng teman kantor ke Pantai Holtekam lagi. Sama seperti kepergian kami terakhir ke pantai ini, lagi-lagi mendung dan hujan di tengah siang terik. untung cuma sebentar sih.
Di pantai yang berpasir cokelat ini tampak banyak bentukan aneh yaitu sebuah lubang dengan tumpukan bola-bola  pasir di pingggirnya. ternyata itu sarang sejenis kepiting pantai yang ukurannya kecil (gak lebih dari 3 cm deh), dan gesit banget geraknya. Kena bayangan atau getaran langkah kaki aja, kepiting kecil ini segera berlari masuk dalam lubangnya.
Menerima tantangan seorang rekan untuk memotret kepiting ini (kata dia, kalo mo jadi fotografer yang baik harus bisa motret yang model ginian) dan asli susah banget, sampe saya bilang mustahil deh wkwkwk.
Cuma rupanya saya lagi mujur, (walaupun udah mencoba berbagai gaya, dari tunduk sampe nunggging depan sarangnya,  dan gagal...)akhirnya bisa juga motret nih makluk, pas hujan mulai jatuh, tepatnya.  Rupanya kepiting ini gak 'ngeh' lagi diintai, karena getaran gerakan saya ketutup sama hujan jatuh di sekitar dia. nah dapat juga deh fotonya, hahahaha


Jumat, 03 Mei 2013

Kebencianku

Seperti malam terhadap matahari
sebesar itu ingin kubenci dirimu
tapi bahkan setiap pori tubuhku mendambakanmu
dan aku membencimu
karena...
engkau jiwaku....
Pagi dari Kamar Humbold Bay Hotel, Jayapura