Selasa, 29 Desember 2009

Minggu, 27 Desember 2009

Ulang Tahun di Pantai

Pantai Hamadi bukan sekali dua kali ini saya kunjungi. Tapi kali ini agak beda, karena sekalian menghadiri acara ulang tahun ke-17, putri pemilik apotik tempat saya berpraktek.
Acaranya mulai cukup sore, sekitar jam 16.00 baru mulai... bagi saya gak masalah yang penting bisa jalan-jalan dan makan gratis wkwkwk(ketahuan banget niatnya ya...)



Rabu, 23 Desember 2009

Cahaya Pelangi di Laut Malam

Hahaha, gak ngerti musti dikasih judul apa postingan hari ini.
Yang pasti ini foto teluk Humbold Jayapura, beberapa menit yang lalu

Selasa, 22 Desember 2009

Minum kelapa muda di Skyline

Pasti sudah ribuan kali saya melalui daerah Skyline ini. Gimana enggak? minimal 2 kali sehari saya melaluinya, saat berangkat dan pulang dari kantor.
Tapi, baru pertama kali ini saya berniat untuk mampir di warung-warung yang berjajar di tepian tebing, menghadap ke teluk Yotefa. Warung-warung ini berjualan es kelapa muda, yang disajikan langsung dalam buah kelapa utuh. Cukup Rp 10.000, kita sudah dapat seporsi es kelapa muda. Bagi saya, harga yang cukup murah karena bisa mendapatkan bonus pemandangan yang indah banget...




Jumat, 18 Desember 2009

Seperti Jamur Di Musim Hujan

Bagi saya gak perlu susah payah untuk membuktikan peribahasa di atas, tinggal melongok ke halaman rumah saat musim hujan gini, udah terbukti semua, wkwkwk
Seperti beberapa hari terakhir, pagi ini dibuka dengan hujan deras. Berhubung liburan, tentu aja niat untuk menarik selimut lebih tinggi menjadi pilihan utama. Tapi tak disangka-sangka, derasnya hujan di luar seimbang dengan hujan sms dan telp di hp saya. Hilang udah rasa ngantuknya (wkwkwk), dan hujan kok malah ikutan berhenti juga. Akhirnya... kegiatan selanjutnya, sibuk ngebuktiin jamur-jamur yang tumbuh subur di musim ini...


Jamur ini mini banget, cuma sebesar jarum pentul



Senin, 14 Desember 2009

Wajah Dekai

Banyak orang baru yang saya temui di Dekai (atau kebalik, justru saya yang orang baru kan? xixixi)
Beberapa orang sempat kefoto juga...antara lain pemuda ini.
Foto diambil saat saya sedang makan siang di warung langganan. Tiba-tiba ada sekeluarga babi melintas depan warung, langsung saja saya mulai memotret babi-babi itu.Saat memotret, pemuda itu tiba-tiba muncul, menangkap seekor anak babi, dan berkata;"Om, foto babi ini dengan saya saja". hehehe... ini hasilnya

Pertemuan dengan pemuda berikut ini, saat saya sedang asli menungging di tengah jalan raya Dekai, untuk memotret pantulan langit senja di genangan air. Saat tengah sibuk mencari sudut yang pas, tiba-tiba bayangan langit menghilang ditutupi bayangan kaki diikuti suara;"Om, foto apa di becek-becek?" wkwkwk... Saya segera mengangkat wajah untuk melihat asal suara tadi. Melihat tampangnya yang penasaran dengan kamera, segera saya menawarinya untuk dipotret. Pemuda ini segera mengambil posisi 'gaya menyamping' dengan latar belakang langit senja (menurut saya pemuda ini cukup photogenic..)

Wajah ketiga dipotret saat saya sedang menunggu teman lainnya di warung di pelabuhan sungai. Wajah bocah ini tapka seperti memakai semacam bedak. Dia tidak pernah berbicara kepada saya, duduk sendiri dan menatap kami yang sedang asyik ngobrol. Saat saya ajak bicarapun dia hanya tersenyum, sama seperti ekspresinya saat difoto
Bocah terakhir difoto saat saya sedang memotret proses pangangkutan babi dari perahu. Wajah tirus seriusnya tampak 'sadis' sehingga membuat saya tertarik untuk memotretnya. Ekspresinya berubah menjadi riang dan terkikik ketika saya menunjukkan hasil foto wajahnya dari kamera

Minggu, 13 Desember 2009

Lok Bon

Dekai mempunyai sebuah pelabuhan sungai yang biasa disebut penduduk dengan nama Lok Bon (atau Lo Kon, Lokon?) saya sendiri gak tahu pasti namanya yang benar, karena setiap saya bertanya, tetap saja ada yang menyebut 1 versi di antara 3 versi nama pelabuhan sungai ini.
Berjarak 16 km dari pusat kota Dekai, pelabuhan ini dicapai dengan jalan darat berlapis kerakal menembus hutan (tentu saja) dan beberapa kumpulan air, baik kolam, rawa, maupun sungai.
Pelabuhan ini hanya berupa tepian sungai, yang dikelilingi beberapa warung dan rumah tinggal.
saat sampai pelabuhan, tampak ada 4 buah kapal kecil sedang bersandar. kapal kecil inilah yang membawa bahan bahan, baik makanan, kebutuhan harian, maupun bahan bangunan dari kota Timika. Pelayaran dari dan menuju Timika, biasa ditempuh dalam waktu 2-3 hari tergantung debit air sungai. Konon saat musim kemarau, pelayaran bisa bethenti sama sekali, karena takut kapal kandas di pasir sungai yang surut...
Kegiatan mengangkut barang

Warung

Atap sebuah warung yang compang camping

Di samping untuk kapal besar,ada juga aktivitas lain yang bisa dilihat disana, yaitu hilir mudik perahu-perahu kecil milik penduduk setempat. Sore itu, kami melihat ada sebuah perahu yang mangangkut 2 ekor babi besar yang akan digunakan untuk pesta adat keesokan hari. Kedua ekor babi itu diikat dalam posisi terbaring, dan di bungkus dengan menggunakan kain (setelah saya tanyakan fungsi kain disekujur tubuh babi adalah untuk mengcegah babi dehidrasi) Aktivitas mengangkut babi ini sempat menarik perhatian orang-orang yang sedang berada di pelabuhan ini
Perahu kecil pengangkut babi

Sabtu, 12 Desember 2009

Tanya

Aku bertanya kepada api,
bagaimana rasanya berkobar dan membakar...
bagaimana rasanya meng-abukan setiap benda yang dijamahi...
bagaimana rasanya berkedip lembut dalam bara kayu....

Aku bertanya kepada air
bagaimana rasanya mengalir dalam relung-relung batu hingga urat-urat daun hijau...
bagaimana rasanya membumbung tinggi, dan turun sebagai hujan dan menjadi gelombang banjir menghanyutkan....
bagaimana rasanya mengembun di ujung ujung ranting...

Aku bertanya kepada udara,
bagaimana rasanya memenuhi paru-paru bayi untuk pertama kali...
bagaimana rasanya datang sebagai topan dan memporandakan semua yang melalui jalannya...
bagaimana rasanya terakhir berhembus bersama jiwa yang terlepas dari raga....

Aku bertanya kepada tanah,
bagaimana rasanya digelitiki tunas-tunas yang tumbuh...
bagaimana rasanya runtuh dan terbelah, gemuruh berguguran menimbun semua yang ada di depannya...
bagimana rasanya berteman dengan jasad yang dikubur....

Kemudian,
mereka bertanya kepadaku....
bagaimana rasanya hidup?
dan
terdiam.....

Alam Dekai

Karena letaknya di tengah hutan, di Dekai kita bisa banyak menemukan tumbuhan maupun hewan. dari berbagai macam ngengat yang mengitari lampu malam hari, hingga babi gemuk, yang asyik mencari makan di halaman hotelBuah berwarna merah terang, banyak ditemukan di tepi hutan Dekai

Bunga rumput dengan latar belakang perahu kayu, kolam dan langit senjaranting dari dua pohon yang berbeda, bergelung aneh karena ulah tangan 'usil' yang memilinnyaLaba-laba di kaca jendela, sore haricapung jarum putihSang maskot (wkwkwk)

Jumat, 11 Desember 2009

Air di Dekai

Di samping banyak pohon (tentu saja, di tengah hutan kan xixixi...) Dekai ternyata banyak 'mengandung' air... entah itu sungai, baik besar kecil, dan berbagai warna, dari jernih, kuning, cokelat, hingga kehitaman. Ada juga kolam-kolam berbagai ukuran, hingga rawa-rawa.sungai besar dekat bandara kolam di dekat hotelSungai di bawah jembatan, biasanya tempat ini digunakan penduduk setempat untuk mandikolam dekat pelabuhan sungai

Dekai juga sering turun hujan. hampir tiap sore pasti hujan deras banget hingga malam. Cuma pada hari ke 4 dan ke 6 yang agak beda. karena pada hari ke-6, hujan rintik rintik dan matahari masih cerah, jadi ada pelangi tepat di tengah jalan
dan pada hari ke-6, setelah hujan langit senjanya berwarna merah,dan pantulannya tampak ajaib di genangan air di tengah jalan